MENTALITAS ANAK
Mazmur 103:13 (TB)
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
Seperti bapa sayang kpd anak2nya, demikianlah hubungan kita dengan Allah. Allah adalah bapa yg baik, hal ini tdk perlu lagi diragukan, yang menjadi pertanyaan adalah sebagai anak apakah kita hanya sekedar tahu bhw Allah adalah Bapa yg baik atau sudah mengalamiNya ?
Di Alkitab ada perumpamaan tentang anak yg hilang, dikisahkan bhw si anak bungsu pergi meninggalkan ayahnya. Tapi kalau kita mau baca lebih teliti lagi sebenarnya baik anak sulung maupun anak bungsu sudah meninggalkan ayahnya. Anak bungsu secara kehadiran phisik pergi meninggalkan ayahnya, sedangkan anak sulung secara hubungan sudah jauh dari ayahnya walaupun masih tinggal serumah.
Lukas 15:29, 31 (TB)
29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Ayat di atas menunjukkan mentalitas anak sulung bukanlah mentalitas anak tapi mentalitas orang upahan. Anak sulung menuntut upah padahal semua yg dimiliki bapanya adalah miliknya juga. Walaupun serumah dg bapanya namun anak sulung ini tdk punya hubungan yg akrab dengan bapanya, buktinya :
- si sulung punya keinginan utk makan2 dg sahabatnya namun tdk pernah berani utk disampaikan ke bapanya yg baik.
- si sulung tdk mengenal isi hati bapanya yg sangat mengasihinya, bhw semua miliknya adalah milik si sulung juga. Kalau si sulung tahu kebaikan dan kemurahan hati bapanya maka dia tentunya sudah makan2 bersama para sahabatnya.
Allah sendiri sudah menyatakan bhw hubungan kita denganNya adalah hubungan Bapa dan anak. Seorg anak yg mengenal bapanya pasti akan merasa aman dan nyaman kalau dekat bersama dengan bapanya. Demikian juga kita, kalau kita benar2 mengenal siapa Bapa kita maka kita pasti akan bergaul akrab dgnNya, merasa aman, damai & tdk takut/kuatir dlm menjalani kehidupan ini. Tapi mengapa banyak anak Tuhan yg masih takut, kuatir bahkan sampai depresi ? Sama seperti kisah anak sulung di atas, walaupun sbg anak seringkali mentalitas kita bukan mentalitas seorang anak. Hubungan kita dengan Bapa hanya sebatas MEMINTA MEMINTA dan MEMINTA SAJA, sama seperti orang upahan, tidak ada hubungan yg akrab seperti seorg anak dgn bapanya. Akibatnya kita tdk mengenal Bapa dengan baik dan benar.
Mentalitas anak hanya dapat terbangun dgn baik kalau kita mau meluangkan waktu menjalin hubungan yg akrab dengan Allah Bapa kita setiap harinya dgn membaca FirmanNya dan berdoa. Bapa selalu rindu menjalin hubungan yg akrab dgn kita, hanya saja kita yg seringkali terlalu sibuk dg urusan kita sendiri dan mengabaikan Bapa yg selalu menunggu kita.
Seberapa penting Allah Bapa dlm hidup kita akan menentukan apakah kita mau meluangkan waktu bersamaNya atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar